Untuk Allah…
Terima kasih Allah, atas ide cerita serta unsur intrinsik lainnya yang telah Engkau tetapkan. Sehingga aku dapat mengembangkannya menjadi kalimat-kalimat nan indah. Aku tahu ya Allah, kata-kata dalam karya ku ini banyak buruknya, ada juga makna yang salah ku tafsirkan, hamba mohon ampun. Tapi Engkau tak marah, Engkau selalu menegurku dengan halus. Terima kasih Allah… Engkau lah yang terbaik. Ku mohon, jangan lepaskan bimbingan-Mu…
Untuk Rasulullah…
Terima kasih Muhammad alaihissalam, atas petunjuk-petunjukmu. Jujur ku katakan. Baru kali ini aku bangga menjadi seorang plagiator. Bahkan aku ingin sekali menjiplak seluruh kisah hidupmu dan ku jadikan Roman dalam hidupku, walau aku sadar bahwa sungguh sangat jauh aku dari semua itu wahai kekasih Allah. Aku akan berusaha…
Untuk guru…
Terimakasih guruku, murobbiku, tutorku, pembimbingku, terima kasih. Aku mampu menulis ini semua karenamu yang tak pernah lelah mengajarkanku begitu banyak kosakata yang belum ku kenal sebelumnya. Ada saatnya aku menganggap kalian jahat, kalian terlalu kritis mengapresiasi karya-karyaku sebelumnya, kalian terlalu mengekang. Kini aku baru tahu apa arti semua itu. Sugguh, terima kasih banyak.
Untuk sahabatku…
Terimakasih sahabat terbaikku 7 bidadari, sahabat SD ku, sahabat SMP ku, sahabat SMA ku, sahabat dalam ekskul-ekskul, sahabat di dunia maya, sahabat yang mungkin belum ku temui hingga sekarang, terima kasih. Tahukah dari mana aku mendapatkan majas-majas yang memperindah tulisanku itu? Ya, dari kalian. Hiperbola, metafora, litotes, paradoks, ironi, personifikasi, semuanya, ku dapatkan dari kalian. Terima kasih…
Untuk saudaraku…
Akhy wa ukhty fillah, terima kasih. Kalianlah isnpirasiku. Aku belajar dari kalian walau kalian bukan guruku, aku bermajas dari kalian walau kalian bukan sahabatku. Tapi aku percaya, kalian adalah saudaraku karena Allah. Terima kasih…
Untuk adik dan kakakku…
Mbak Widya dan Dek Putri, terima kasih ya. Walaupun kalian sering menyebalkan, tapi kalian telah memberi warna tersendiri di novelku ini. Aku bangga memiliki kalian…
Untuk kamu…
Seseorang yang mungkin belum ku temui, terima kasih. Kamulah yang membuatku mampu berimajinasi. Kamu yang membuat ada tawa, tangis, senyum, marah, dalam fiksiku selama ini. Ya, karena kamu…
Terakhir…
Untuk yang sangat spesial…
Bapak dan mamak. Terimakasih untuk setiap detik yang kalian hiasi dengan kasih sayang. Terimakasih karena telah membuat setiap hariku menjadi hari ulang tahun yang istimewa. Terimakasih untuk air mata yang mengalir untukku. Terimakasih atas tetes peluh yang kalian korbankan untukku. Terimakasih telah menjadi guru sekaligus sahabatku. Terima kasih… Tahukah? Sekian banyak karya sastra yang mengisahkan kepahlawanan seorang ayah, papa, abah, abi, ibu, mama, ambu, umi, yang di puja puji, dikagumi, dan dianugerahi banyak penghargaan, tetap tak mampu menyentuh hatiku. Tak mampu membuatku meneteskan air mata, kenapa?
Karena aku tahu Pak, Mak…
kalian bagiku lebih dari itu…
Jejak pena, 16 Desember 2009
Jejak pena
mohon maaf, sedikit usulan ralat:
BalasHapuspada par ke-3 tertulis "Muhammad alaihissalam"
seharusnya "Muhammad shalallahu'alaihiwasallam"
'alaihissalam hanya untuk nabi sebelum nabi Muhammad.
pada par ke-4 dr bawah tertulis "isnpirasiku." seharusnya "inspirasiku." kebalik hurufnya :)
pada par ke-2 dr bawah tertulis "ku temui" seharusnya "kutemui" disambung
paragraf terakhir tertulis "Terimakasih" seharusnya "Terima kasih" dipisah.
*mohon maaf kalau terkesan "sok tahu", tapi berhubung sy agak hobby dengan dunia editing, jd sy mohon izin untuk ikut membantu mengedit tulisan di atas agar lebih sempurna :)
terima kasih ^_^
Wah, terima kasih, terima kasih.
BalasHapusSangat membantu.
(Berharap bisa seperti akh Zen nantinya, amiin, amiin.)