Senja

Minggu, 06 Maret 2011

Laki-Laki Bernama Adam

Maaf,
Telah kusisihkan hatiku pada seseorang bernama Adam.
Pada laki-laki bersimpul indah di pipi, seperti daun yang terpesona pada embun, langit biru pada cirrus yang lembut. Getar suaranya merasuk saat memanggilku "Hawa..."
Tapi aku takut pada hembusan angin yang berbisik, Tuhan melirik. Bukan, bukan haram bagiku, hanya memang dia belum halal. Entah apakah dia adalah engkau, atau bukan.

Aku hidup dari rusukmu, tapi aku berharap engkau adalah Adam dan Adam adalah engkau.
Dalam sabarku akan hadirmu, aku takut aku berpaling.
Dia membawaku lupa padamu.
Atau, aku memang bukan hawa? Dia selalu kisahkan bidadari-bidadari bersenyum indah yang buat hatinya terpaut, membuat aku sedikit cemburu. Salah mungkin, saat kuberanikan diri berkata bahwa aku suka. Dia hanya tertawa, seolah mentertawakan aku yang berharap engkau hadir dalam jasadnya, dalam jiwanya.
Lalu saat dia mulai menjauh, aku jadi rindu padamu lagi.
Aku rindu pada kebersamaan kita yang belum pernah tercipta. Pada getar bibirmu saat ucapkan akad belum nyata. Pada bincang kita dalam senja yang tak datang jua. Pada canda tawa luka duka yang kita lalui entah kapan masanya. Pada Adam.
Aku bimbang, sungguh...
Aku merindukan engkau atau Adam. Karena aku berharap rindu pada kalian yang satu, agar tiada dosa terhisab di awal hari nanti. Agar surga terbuka pintunya untuk kita masuki bersama.
Dan hari ini langitpun menangis. Meluapkan rindu yang telah membuncah. Terbangkan rasa dintara pasir-pasir dan mimpi.
Laki-laki penggenggam rindu, sungguh kuharap itu engkau...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar