Mencelupkan tissu tipis itu ke dalam gelas kopimu. Mungkin untuk menyaring ampasnya yang bintik-bintik di tepi. Kasar. Cukup mengotori gigi, bisa membuatmu seperti ompong.
Aku bingung.
Kopi itu seharusnya diminum nanti malam, kan? tapi kenapa kau minum sekarang?
Apa sekarang kau lebih memihak pada Sabtu yang selalu berkhianat padamu?
Tidakkah kau sisihkan sedikit saja ruang untukku? Percaya padaku.
Aku bingung.
Kau diam saja dari kemarin.
Tiba-tiba marah dengan kebiasaanmu, tanpa bicara. Tapi mengajakku duduk di sini sekarang dengan kopimu.
Aku bingung.
Kenapa tidak kau gunakan tissu itu untuk menghapus air matamu? (matamu berkaca) Malah kau basahi dengan kopi, yang pada akhirnya tidak kau minum juga.
Ingin pulang?
Kau sudah beli tiket, kan?
Tidak berani?
Apa yang kau takutkan?
Masih ada tanggungjawab di sini atau kau takut bertemu dia di sana?
Kau masih diam saja.
Mana aku bisa tahu masalahmu kalau kau masih diam begini.
Kalau begini terus, kupilih untuk diam juga.
Kuturuti maumu. Aku, kau, kita diam. Duduk dengan segelas kopi dan tissu di dalamnya. Dan matamu yang berkaca.
Aku akan diam saja.
Jika kau nyaman begini.
(Tapi mana bisa kau sebut aku wanita baik-baik jika kita duduk terlalu dekat begini?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar