Siang ini duduk-duduk
rame-rame di salah satu sudut kecil kampus UNY, ada sekitar 10 orang. Ditemani
onde-onde yang begitu menggoda. Percakapan mengalir lebih hangat dari suhu
udara hari ini yang dibakar matahari cukup terik. Setelah ngobrol ngalor-ngidul
seperti biasa, percakapan agak serius dimulai.
Mengenal
Sahabat Lebih Dekat.
Beberapa
orang mengintrogasi seorang teman tentang data pribadinya mulai dari nama,
tanggal lahir, de el el. Deb! Tiba-tiba ada sebuah rentetan tanya jawab
yang begitu nancep dihati. Diawali dari sebuah pertanyaan sederhana: "kamu
tu orangnya gimana?".
"aku
sering eksplosif sih, sering ngungkapin perasaan dengan 'wah'.."
"iya
tu orangnya rame.."
"tapi
tergantung juga, kalo kondisinya lebih rame aq malah bisa jadi pendiem..."
"soalnya
ada yg lebih rame yaa.."
"kalo
lagi sebel?"
"terus
suka berekspresi tiba-tiba"
"iya
tuuu...! bisa tiba-tiba nangis gitu! ngk liat kondisi lagi dimana! ngeri nggak
tu!"
"masa
segitunya?"
"iya,
masa lagi rame, duduk diem, tau-tau keluar air mata."
"haha,
aku juga sering gitu kok,"
"kan
nangis bisa ngurangi beban hati."
"Tapi
mbok liat-liat sikon"
"tapi
itu udah ngampet beberapa kali."
"yeila,
aku malah di jalan pulang dari kampus ke kos pernah nangis, ngalir gitu
aja"
"apa
lagi kalo lagi naik motor, enak itu dibuat nangis."
dan
akhirnya semua ikut nyaut dan bersepakat ...
"IYAAAAA...."
...
huwaaaaaa...
ekhem...
...
Aku
cuma senyum, padahal dalam hati ikut menyepakati.
Jadi
ingat kemaren, hal seperti itu bener-bener terjadi.
Sore,
di kantor pos Plemburan. Nyesek. Ditahan. Yah, masa mau nangis di depan
resepsionis, mau ditarok di mana muka gue?? haha.Memilih keluar cepat setelah
say thanks, ke parkiran, ambil motor, bayar parkir, pake helm, ngegas, dan
tau-tau tu air mata udah ngalir aja.
Hmmm... rasanya
seperti...
Sulit digambarkan. Tapi
itulah ekspresi terakhir dari kepenatan hati.
Berawal sejak seminggu
terakhir dengan masalah dunia remaja yang complicated, kondisi belum nemuin
cara dan tempat curhat, ditelan kesibukan, dan klimaksnya sore itu di kantor
pos Plemburan. Setelah 3 hari bolak-balik ngecek kiriman yang sangat
diharapkan, berkas pengajuan suatu hal, dikejar deathline yang tinggal 1 jam
lagi. Demi mendengar kabar buruk bahwa 'maaf mbak, kirimannya belum masuk. Coba
di cek lagi besok jam 9', jadilah... sore dengan iringan gerimis lepas hujan
itu jadi suasana yang sangat mendukung untuk menikmati bermotor sambil berair
mata.
Beruntung, helm hijau
itu kacanya gelap dari luar, mampu melindungi wajahku dari tatapan heran orang-orang.
Hmmm...
...
Senang.
Ternyata perbuatan memalukanku kemaren pernah juga dialami teman-teman yang
lain.
:wanita.
Ya, begitulah mereka
(kami, -red).
Mengekspresikan
sesuatu yang kadang tidak bisa dimengerti hanya sekedar dengan akal.
Cengeng mungkin, bisa
disebut begitu, tapi menyalahkan kecengengan itu adalah kekejaman yang sangat
keji. Tak ada yang mengharamkan air mata, bahkan ia mampu melembutkan jiwa.
Tapi memang tak semua
wanita begitu. Ada wanita-wanita tegar yang tidak menyiakan air mata nya hanya
karena masalah-masalah sepele, hanya masalah dunia, materi, yang bahkan tak ada
harganya sama sekali jika dibandingkan dengan kenikmatan di negeri akhir.
Ya, terbukti.
Wanita-wanita tegar itu ada, meski dengan jumlah yang tak banyak. Aku menemukan
2 di antaranya.
...
Selepas
perjalanan yang memilukan itu (halah), setelah bergalon-galon air mata tumpah
di balik helm hijau itu (halah), akhirnya mukjizat Allah menyentuhku (kali ini
serius, nggak lebay).
Sempat ragu melangkah ke
ruang kemahasiswaan, dan menatap bapak-bapak yang sudah mau berkemas pulang.
Tapi kemudian salah satu bapak memberi kesempatan aku untuk bercerita. Hening,
penuh harap. Akhirnya bapak itu memperbolehkan aku mengumpulkan berkas seadanya
dan boleh dilengkapi besok.
Subhanallah.
Jadilah
aku berlari senang menuju masjid Muja dengan ekspresi yang berbeda 180 derajat
dari sebelumnya.
Ingin berbagi rasa lega,
setelahnya kukirim sms hikmah hari ini, forwad ke beberapa teman yang
terjangkau kontak.
Yah, inilah bagian yang
lagi-lagi mengejutkan.
Mayoritas mereka
membalas dengan nada sepakat bahwa air mata itu boleh dan mampu menghapus beban
hati. Tapi ada 2 sms yang tiba-tiba saja membuatku tersenyum lebih lebar (ya
Allah, aku yakin Engkau sangat menyayangi mereka berdua...)
Yang
pertama:
"Q.S.Ar
Ra'd:28 MantaB,:-D"
segera
kubuka terjemahan, beruntung surat itu yang belum lama kubaca maknanya,
meyakinkan diri bahwa yang kuingat tidak salah. Benar saja.
Subhanallah,
kemaren aku hanya sekedar membacanya, tapi wanita ini sudah menerapkannya dalam
kehidupan...
Yang
kedua:
"Dunia
ini terlalu hina untuk membuat kita menangis.. Terlalu murah untuk membuat kita
bersedih.. terlalu lemah untuk membuat prajurit Allah putus asa..
Memang
Allah tidak menjanjikan bahwa langit selalu biru, Bunga selalu mekar dan
mentari selalu bersinar..
Tapi
ketahuilah bahwa Allah selalu memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap
air mata, berkah di setiap cobaan dan jawaban di setiap doa. ~'fa inna ma'al
usri yusroo, inna ma'al 'usri yusroo'~
(al
insyiroh:4-5)
Semangat
pagii!!
Happy
Jum'ah mubarok! (baca al kahfi, jangan lupaa)
:DD"
Ah,
wanita ini, aku selalu suka dengan spirit yang selalu ia tebar pada dunia.
...
Ingin,
ingin sekali jadi wanita seperti mereka.
...
Yah,
kembali kepersoalan air mata wanita. Aku kemaren juga nemu temen yang solat
sambil nangis. Kebayang seberat apa masalahnya sampai solatpun dia nangis.
Hmmm...
Aku bukan ingin memberi
pendapat untuk tidak menangis di tempat umum atau memberi solusi agar para
wanita berhenti menangis. tidak sama sekali.
Aku
cuma ingin memposisikan diri sebagai orang diluar si pelaku. Teman.
Menjadi
seseorang yang sedang penat, dengan alasan apapun, sebenarnya sedang berada di
titik lemah. Rapuh. Apalagi, tidak semua mereka mau bercerita/curhat secara
langsung. Dan jika aku yang menjadi seorang teman salah menyikapinya, mungkin
saja malah akan memperburuk keadaan.
Contoh
masalah:
Waktu
itu, aku sedang sedih (banget), efek buruknya: aku jadi jutek sama temen-temen,
mukaku masam.
Aku
merasa ada 2 tipe teman yang kemudian muncul:
1.
seorang teman yang berkata 'makasih ya, dan semoga bisa menghapus kesedihanmu
hari ini.'
rasanya adem banget waktu dia ngomong gitu.
2.
seorang teman yang berkata 'kamu akhir-akhir ini nyebelin e, garing, error,
happy dongg...'
jleb! tanbah bikin senep.
Yaaaa...
tentu aja aku bakal suka sama temen yang pertama.
Memahami,
menurutku memahami dengan kepekaan jiwa jadi penting, bahkan tanpa memberi
solusi sekalipun, sikap yang muncul karena pemahaman dan kepekaan itu akan
memberi ketentraman bagi orang yang diberi perhatian.
...
Jangan
menyalahkan mereka yang berair mata tanpa tahu mengapa mereka menangis.
...
Kisah
selingan:
Kagum
dengan seorang teman yang menutupi kesedihan dengan keceriaan. Selalu menebar
senyum kebaikan meski permasalahan dunia tengah menghimpit.
Dia,
ayahnya sakit sejak lama, dan harus bolak-balik rumah sakit demi sang ayah yang
dirawat. Tak ada yang tau, yang kami tau hanya dia selalu ketiduran di kelas,
di ruang rapat, di manapun tempat dia duduk.
Akhirnya, teman-teman
tau kalau ayahnya sakit setelah berminggu-minggu kemudian. Itupun juga bukan
dari mulutnya.
Dia,
manusia setegar karang.
Sayangnya,
dia adalah laki-laki.
Mungkinkah
ada wanita yang setegar itu?
waowww ceritanya inspiringg mbak
BalasHapus