Jumat, 17 Februari 2012

Air Mata di Balik Helm Hijau


Siang ini duduk-duduk rame-rame di salah satu sudut kecil kampus UNY, ada sekitar 10 orang. Ditemani onde-onde yang begitu menggoda. Percakapan mengalir lebih hangat dari suhu udara hari ini yang dibakar matahari cukup terik. Setelah ngobrol ngalor-ngidul seperti biasa, percakapan agak serius dimulai.

Mengenal Sahabat Lebih Dekat.

Beberapa orang mengintrogasi seorang teman tentang data pribadinya mulai dari nama, tanggal lahir, de el el.  Deb! Tiba-tiba ada sebuah rentetan tanya jawab yang begitu nancep dihati. Diawali dari sebuah pertanyaan sederhana: "kamu tu orangnya gimana?".

Well, kurang lebih kelanjutannya begini: 
"aku sering eksplosif sih, sering ngungkapin perasaan dengan 'wah'.."
"iya tu orangnya rame.."
"tapi tergantung juga, kalo kondisinya lebih rame aq malah bisa jadi pendiem..."
"soalnya ada yg lebih rame yaa.."
"kalo lagi sebel?"
"terus suka berekspresi tiba-tiba"
"iya tuuu...! bisa tiba-tiba nangis gitu! ngk liat kondisi lagi dimana! ngeri nggak tu!"
"masa segitunya?" 
"iya, masa lagi rame, duduk diem, tau-tau keluar air mata."
"haha, aku juga sering gitu kok,"
"kan nangis bisa ngurangi beban hati."
"Tapi mbok liat-liat sikon"
"tapi itu udah ngampet beberapa kali."
"yeila, aku malah di jalan pulang dari kampus ke kos pernah nangis, ngalir gitu aja"
"apa lagi kalo lagi naik motor, enak itu dibuat nangis."
dan akhirnya semua ikut nyaut dan bersepakat ...
"IYAAAAA...." 

...

huwaaaaaa...

ekhem...

...

Aku cuma senyum, padahal dalam hati ikut menyepakati.
Jadi ingat kemaren, hal seperti itu bener-bener terjadi.

Sore, di kantor pos Plemburan. Nyesek. Ditahan. Yah, masa mau nangis di depan resepsionis, mau ditarok di mana muka gue?? haha.Memilih keluar cepat setelah say thanks, ke parkiran, ambil motor, bayar parkir, pake helm, ngegas, dan tau-tau tu air mata udah ngalir aja.

Hmmm... rasanya seperti...
Sulit digambarkan. Tapi itulah ekspresi terakhir dari kepenatan hati.

Berawal sejak seminggu terakhir dengan masalah dunia remaja yang complicated, kondisi belum nemuin cara dan tempat curhat, ditelan kesibukan, dan klimaksnya sore itu di kantor pos Plemburan. Setelah 3 hari bolak-balik ngecek kiriman yang sangat diharapkan, berkas pengajuan suatu hal, dikejar deathline yang tinggal 1 jam lagi. Demi mendengar kabar buruk bahwa 'maaf mbak, kirimannya belum masuk. Coba di cek lagi besok jam 9', jadilah... sore dengan iringan gerimis lepas hujan itu jadi suasana yang sangat mendukung untuk menikmati bermotor sambil berair mata.

Beruntung, helm hijau itu kacanya gelap dari luar, mampu melindungi wajahku dari tatapan heran orang-orang.
Hmmm...

...

Senang. Ternyata perbuatan memalukanku kemaren pernah juga dialami teman-teman yang lain.

:wanita.

Ya, begitulah mereka (kami, -red).
Mengekspresikan sesuatu yang kadang tidak bisa dimengerti hanya sekedar dengan akal. 

Cengeng mungkin, bisa disebut begitu, tapi menyalahkan kecengengan itu adalah kekejaman yang sangat keji. Tak ada yang mengharamkan air mata, bahkan ia mampu melembutkan jiwa.

Tapi memang tak semua wanita begitu. Ada wanita-wanita tegar yang tidak menyiakan air mata nya hanya karena masalah-masalah sepele, hanya masalah dunia, materi, yang bahkan tak ada harganya sama sekali jika dibandingkan dengan kenikmatan di negeri akhir.

Ya, terbukti. Wanita-wanita tegar itu ada, meski dengan jumlah yang tak banyak. Aku menemukan 2 di antaranya.

...

Selepas perjalanan yang memilukan itu (halah), setelah bergalon-galon air mata tumpah di balik helm hijau itu (halah), akhirnya mukjizat Allah menyentuhku (kali ini serius, nggak lebay).

Sempat ragu melangkah ke ruang kemahasiswaan, dan menatap bapak-bapak yang sudah mau berkemas pulang. Tapi kemudian salah satu bapak memberi kesempatan aku untuk bercerita. Hening, penuh harap. Akhirnya bapak itu memperbolehkan aku mengumpulkan berkas seadanya dan boleh dilengkapi besok.
Subhanallah.
Jadilah aku berlari senang menuju masjid Muja dengan ekspresi yang berbeda 180 derajat dari sebelumnya.

Ingin berbagi rasa lega, setelahnya kukirim sms hikmah hari ini, forwad ke beberapa teman yang terjangkau kontak.

Yah, inilah bagian yang lagi-lagi mengejutkan.

Mayoritas mereka membalas dengan nada sepakat bahwa air mata itu boleh dan mampu menghapus beban hati. Tapi ada 2 sms yang tiba-tiba saja membuatku tersenyum lebih lebar (ya Allah, aku yakin Engkau sangat menyayangi mereka berdua...)

Yang pertama:
"Q.S.Ar Ra'd:28 MantaB,:-D"
segera kubuka terjemahan, beruntung surat itu yang belum lama kubaca maknanya, meyakinkan diri bahwa yang kuingat tidak salah. Benar saja.
Subhanallah, kemaren aku hanya sekedar membacanya, tapi wanita ini sudah menerapkannya dalam kehidupan...

Yang kedua:
"Dunia ini terlalu hina untuk membuat kita menangis.. Terlalu murah untuk membuat kita bersedih.. terlalu lemah untuk membuat prajurit Allah putus asa..
Memang Allah tidak menjanjikan bahwa langit selalu biru, Bunga selalu mekar dan mentari selalu bersinar..
Tapi ketahuilah bahwa Allah selalu memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, berkah di setiap cobaan dan jawaban di setiap doa. ~'fa inna ma'al usri yusroo, inna ma'al 'usri yusroo'~
(al insyiroh:4-5)
Semangat pagii!!
Happy Jum'ah mubarok! (baca al kahfi, jangan lupaa)
:DD"
Ah, wanita ini, aku selalu suka dengan spirit yang selalu ia tebar pada dunia.

... 

Ingin, ingin sekali jadi wanita seperti mereka.

...

Yah, kembali kepersoalan air mata wanita. Aku kemaren juga nemu temen yang solat sambil nangis. Kebayang seberat apa masalahnya sampai solatpun dia nangis.
Hmmm...

Aku bukan ingin memberi pendapat untuk tidak menangis di tempat umum atau memberi solusi agar para wanita berhenti menangis. tidak sama sekali.
Aku cuma ingin memposisikan diri sebagai orang diluar si pelaku. Teman.

Menjadi seseorang yang sedang penat, dengan alasan apapun, sebenarnya sedang berada di titik lemah. Rapuh. Apalagi, tidak semua mereka mau bercerita/curhat secara langsung. Dan jika aku yang menjadi seorang teman salah menyikapinya, mungkin saja malah akan memperburuk keadaan.

Contoh masalah:
Waktu itu, aku sedang sedih (banget), efek buruknya: aku jadi jutek sama temen-temen, mukaku masam. 
Aku merasa ada 2 tipe teman yang kemudian muncul:
1. seorang teman yang berkata 'makasih ya, dan semoga bisa menghapus kesedihanmu hari ini.'
    rasanya adem banget waktu dia ngomong gitu.
2. seorang teman yang berkata 'kamu akhir-akhir ini nyebelin e, garing, error, happy dongg...'
    jleb! tanbah bikin senep.
Yaaaa... tentu aja aku bakal suka sama temen yang pertama.

Memahami, menurutku memahami dengan kepekaan jiwa jadi penting, bahkan tanpa memberi solusi sekalipun, sikap yang muncul karena pemahaman dan kepekaan itu akan memberi ketentraman bagi orang yang diberi perhatian.

...

Jangan menyalahkan mereka yang berair mata tanpa tahu mengapa mereka menangis.

...

Kisah selingan:
Kagum dengan seorang teman yang menutupi kesedihan dengan keceriaan. Selalu menebar senyum kebaikan meski permasalahan dunia tengah menghimpit.
Dia, ayahnya sakit sejak lama, dan harus bolak-balik rumah sakit demi sang ayah yang dirawat. Tak ada yang tau, yang kami tau hanya dia selalu ketiduran di kelas, di ruang rapat, di manapun tempat dia duduk.
Akhirnya, teman-teman tau kalau ayahnya sakit setelah berminggu-minggu kemudian. Itupun juga bukan dari mulutnya.
Dia, manusia setegar karang.
Sayangnya, dia adalah laki-laki.
Mungkinkah ada wanita yang setegar itu?

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komunitas Blogger Muslim